Entah siapa yang mula-mula membuang bangkai tikus ke jalan, yang jelas sekarang ini sangat banyak pengikutnya. Kalau di tweeter, boleh berbangga hati tuh si orang yang diikutin orang banyak.
Pertama kali mendapati bangkai tikus dijalan, saya hanya beranggapan “ahh hanya tikus na’as yang kelindes mobil”, tapi….. lama-kelamaan koq tambah sering…
dan suatu ketika kedapatan tikusnya terikat didalam plastik…
barulah saya mempunyai anggapan lain “ohh ternyata mereka sengaja dilempar ke jalan” entah dalam keadaan mati atau hidup.
Bagi yang pernah berurusan dengan tikus, mungkin sedikit banyak bisa mengerti mengapa mereka melempar tikus kejalanan. Mungkin saking keselnya ama si tikus yang setiap malam mengacak-ngacak dapur rumah, membuat berantakan makanan atau sisa-sisa makanan dan meninggalkan kotoran-kototran yang sangat menjijikkan. Belum lagi suaranya yang berisik menggangu orang tidur. Maka begitu ketangkap itu tikus, lantas lupa daratan membantainya atau yang kurang tega memasukkannya ke kantong plastik kemudian melemparkannya kejalanan hidup-hidup dan membiarkan si pengguna jalanan menghakimi si tikus.
Bagi yang belum pernah berurusan dengan tikus mungkin akan berkata dalam hatinya “sadis amat itu orang”
Tapi apakah perbuatan itu tergolong sadis ??
Saya tidak akan menjawabnya daripada nanti menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan… cukup kita merasakan dan menanyakannya pada hati kita.
Saya sebagai pengguna jalan hanya agak merasa risih dan geli aja kalau mendapati banyak bangkai tikus dijalanan. Yang jelas saya tidak ingin roda kendaraan saya menginjak mereka.
Kalau musim hujan tiba, tikus-tikus mati tersebut lebih-lebih menggelikan (menjijikkan) lagi. Bangkai tikus yang acak-acakan karena digilas roda kendaraan mengundang datangnya beratus-ratus lalat mendatanginya dan menimbulkan pemandangan yang menjijikkan. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan para pejalan kaki yang lewat disekitarnya. Mereka pasti merasa tidak nyaman sama sekali. Pemandangan yang menjijikkan tersebut masih di tambah dengan bau tak sedap menyengat menghampiri hidungnya.
Kalau kita pemakai merasa sangat-sangat terganggu oleh bangkai-bangkai tikus tadi, apakah si “pembuang bangkai” tidak merasakan hal yang sama?
Saya yakin mereka masih menggunakan jalan dimana mereka melakukan aksi “buang bangkai” … , kecuali mereka bisa terbang..
Kita kesampingkan dulu apakah mereka juga terganggu atau tidak atas ulah “buang bangkai” mereka. Sekarang marilah kita mencoba untuk bertanya kepada hati kita : “ Pantaskah kita membuang bangkai tikus kejalanan? ”
Biarkan hati nurani anda yang menjawab dan biarlah jawabannya tetap menjadi rahasia anda sendiri.
Bahan kajian:
وحدثنا محمد بن رافع. حدثنا عبدالرزاق بن همام. حدثنا معمر عن همام بن منبه. قال: هذا ما حدثنا أبو هريرة عن محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم. فذكر أحاديث منها وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ. قَالَ: تَعْدِلُ بَيْنَ اْلاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ. وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ، صَدَقَةٌ. قَالَ: وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
56 – (1009)
Hadits riwayat AbuHurairah Radhiyallahu’anhu,iaberkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap ruas tulang manusia wajib bersedekah setiap hari, di mana matahari terbit. Selanjutnya beliau bersabda: Berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, membantu seseorang (yang kesulitan menaikkan barang) pada hewan tunggangannya, lalu ia membantu menaikkannya ke atas punggung hewan tunggangannya atau mengangkatkan barang-barangnya adalah sedekah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam juga bersabda: Perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dikerahkan menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah
(Hadits Shahih Muslim : 1914-127)
حدثنا يحيى بن يحيى. قال: قرأت على مالك عن سمي، مولى أبي بكر، عن أبي صالح، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيْقٍ، وَجَدَ غَصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيْقِ، فَأَخَّرَهُ. فَشَكَرَ اللهُ لَهُ. فَغَفَرَ لَهُ”.
127 – (1914)
Hadits riwayat AbuHurairah Radhiyallahu’anhu,iaberkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda :Pada suatu ketika seseorang berlalu dijalan raya dan didapatinya sepotong ranting berduri lalu disingkirkannya. Maka karena hal tersebut Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya.
(Hadits Shahih Muslim : 1914-127)
حدثني زهير بن حرب. حدثنا جرير عن سهيل، عن أبيه، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم “مَرَّ رَجُلٌ بِغَصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيْقٍ. فَقاَلَ: وَاللهِ! َلأُنَحِّيَنَّ هٰذَا عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ لاَ يُؤْذِيْهِمْ. فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ”.
128 – (1914)
Hadits riwayat AbuHurairah Radhiyallahu’anhu,iaberkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Seorang laki-laki bertemu dengan sepotong ranting berduri ditengah jalan. Lalu dia berkata: Demi Allah akan aku buang ranting ini supaya jangan membahayakan kepada kaum Muslimin. Karenanya, orang itu dimasukkan kedalam surga.
(Hadits Shahih Muslim : 1914-128)
Filed under: Perspektif | Tagged: bangkai tikus, etika, hati nurani | 1 Comment »