Harta yang ditinggal mati adalah milik Ahli warisnya

وَحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ صَفْوَانَ اْلأُمَوِيُّ عَنْ يُوْنُسَ اْلأَيْلِيِّ ح وَحَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُوْنُسُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ :

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ وَإِلاَّ قَالَ صَلُّوْا عَلَى صَاحِبِكُمْ فَلَمَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ الْفُتُوْحَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّيَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَيَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ

14 – (1619)

Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Abu Shafwan Al Amari dari Yunus Al Aila. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya dan ini adalah lafadznya, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:

Bahwa jenazah seorang laki-laki yang berhutang dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam, beliau bertanya: Apakah dia meninggalkan sesuatu untuk melunasi hutangnya?, jika dijawab bahwa dia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka beliau menshalatkannya, namun jika dijawab tidak, maka beliau bersabda: Shalatkanlah saudara kalian ini. Tatkala Allah menaklukkan berbagai negeri, beliau bersabda: Aku lebih berhak atas kaum Muslimin dari diri mereka sendiri. Barangsiapa meninggal sedangkan dia masih memiliki tanggungan hutang, maka sayalah yang akan melunasinya. Dan barangsiapa masih meninggalkan harta warisan, maka harta tersebut untuk ahli warisnya.

(Shahih Muslim : 1619-14)

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ ح وَحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ حَدَّثَنَا اِبْنُ أَخِي اِبْنِ شِهَابٍ ح وَحَدَّثَنَا اِبْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا اِبْنُ أَبِي ذِئْبٍ كُلُّهُمْ عَنِ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا اْلإِسْنَادِ هَذَا الْحَدِيْثَ

(1619)

Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu’aib bin Laits telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Kakekku telah menceritakan kepadaku ‘Uqail. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Ibnu Akhi bin Syihab. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi’b semuanya dari Az Zuhri dengan isnad hadits ini.

(Shahih Muslim : 1619)

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ قَالَ حَدَّثَنِي وَرْقَاءُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنِ اْلأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنْ مُؤْمِنٍ إِلاَّ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِهِ فَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَأَنَا مَوْلاَهُ وَأَيُّكُمْ تَرَكَ مَالاً فَإِلَى الْعَصَبَةِ مَنْ كَانَ

15 – (1619)

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi’  telah menceritakan kepada kami Syababah dia berkata, telah menceritakan kepadaku Warqa’ dari Abizzinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada seorang mukmin di muka bumi ini, kecuali akulah orang yang berhak atas diri mereka dari diri mereka sendiri, maka siapa saja yang mati meninggalkan hutang atau anak yang butuh santunan maka akulah walinya. Dan siapa saja dari kalian yang meninggalkan harta, maka (harta tersebut) untuk ahli waris yang tersisa.

(Shahih Muslim : 1619-15)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُوْ هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيْثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِالْمُؤْمِنِيْنَ فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيْعَةً فَادْعُوْنِي فَأَنَا وَلِيُّهُ وَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ مَالاً فَلْيُؤْثَرْ بِمَالِهِ عَصَبَتُهُ مَنْ كَانَ

16 – (1619)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dia berkata; Ini seperti yang di ceritakan Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dia menyebutkan beberapa hadits yang di antaranya adalah:

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dalam Kitabullah, akulah orang yang paling berhak atas diri seorang Mukmin dari diri mereka sendiri, maka siapa saja di antara kalian mati meninggalkan hutang atau anak yang butuh santunan maka undanglah aku, karena aku adalah walinya. Dan siapa saja di antara kalian yang mati meninggalkan harta benda, hendaknya ia membagikan hartanya kepada ahli warisnya yang masih ada.

(Shahih Muslim : 1619-16)

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَدِيٍّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:

مَنْ تَرَكَ مَالاً فَلِلْوَرَثَةِ وَمَنْ تَرَكَ كَلاًّ فَإِلَيْنَا

17 – (1619)

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’adz Al ‘Anbari telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Adi bahwa dia mendengar Abu Hazim dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:

Barangsiapa mati dengan meninggalkan harta, maka (harta tersebut) untuk ahli warisnya, dan barangsiapa mati dengan meninggalkan keluarga yang butuh santunan, maka akulah yang menjadi penanggungnya.

(Shahih Muslim : 1619-17)

وَحَدَّثَنِيْهِ أَبُوْ بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَعْنِي اِبْنَ مَهْدِيٍّ قَالاَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا اْلإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيْثِ غُنْدَرٍ وَمَنْ تَرَكَ كَلاًّ وَلَيْتُهُ

(1619)

Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami Ghundar. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Abdurrahman -yaitu Ibnu Mahdi- dia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dengan sanad ini, hanya saja dalam hadits Ghundar disebutkan, Barangsiapa mati meninggalkan keluarga yang butuh santunan, maka akulah walinya.

(Shahih Muslim : 1619)

Bagian warisan lelaki dua kali bagian perempuan

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ بُكَيْرٍ النَّاقِدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ قَالَ:

مَرِضْتُ فَأَتَانِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ يَعُوْدَانِي مَاشِيَيْنِ فَأُغْمِيَ عَلَيَّ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَبَّ عَلَيَّ مِنْ وَضُوئِهِ فَأَفَقْتُ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ أَقْضِي فِي مَالِي فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ شَيْئًا حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ الْمِيرَاثِ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللهُ يُفْتِيْكُمْ فِي الْكَلاَلَةِ {

5 – (1616)

Telah menceritakan kepada kami Amru bin Muhammad bin Bukair An Naqid telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari Muhammad bin Al Munkadir dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata:

Saat aku sakit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki, dan saat itu aku sedang pingsan. Lalu beliau berwudhu dan memercikkan air wudhunya kepadaku sehingga aku pun sadar. Kemudian aku berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana seharusnya saya mengatur hartaku?  Sedikitpun beliau tidak menjawabnya, hingga turunlah ayat tentang waris: (Mereka meminta fatwa kepadamu (wahai Muhammad) tentang kalalah (yaitu seseorang yang meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan anak), katakanlah, Allah lah yang memberi fatwa kepadamu tentang kalalah…) (Qs. An Nisaa: 176)

(Shahih Muslim : 1616-5 )

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُوْنٍ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا اِبْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي اِبْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ عَادَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ فِي بَنِي سَلِمَةَ يَمْشِيَانِ فَوَجَدَنِي لاَ أَعْقِلُ فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ رَشَّ عَلَيَّ مِنْهُ فَأَفَقْتُ فَقُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي يَا رَسُوْلَ اللهِ فَنَزَلَتْ { يُوصِيْكُمُ اللهُ فِي أَوْلاَدِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ اْلأُنْثَيَيْنِ {

6 – (1616)

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Al Munkadir dari Jabir bin Abdullah dia berkata:

Saat aku sakit di kampung bani Salamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam dan Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki, dan beliau mendapatiku dalam keadaan pingsan. Kemudian beliau meminta air untuk berwudhu, lalu beliau memercikkannya kepadaku hingga aku pun tersadar. Aku lalu berkata, Bagaimana seharusnya saya mengatur hartaku wahai Rasulullah? maka turunlah ayat: (Allah menetapkan bagimu tentang warisan untuk anak-anakmu, bagian satu anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan….) (Qs.An-Nisaa: 11)

(Shahih Muslim : 1616-6 )

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ اَلْقَوَارِيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَعْنِي اِبْنَ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ يَقُوْلُ:

عَادَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضٌ وَمَعَهُ أَبُوْ بَكْرٍ مَاشِيَيْنِ فَوَجَدَنِي قَدْ أُغْمِيَ عَلَيَّ فَتَوَضَّأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ صَبَّ عَلَيَّ مِنْ وَضُوْئِهِ فَأَفَقْتُ فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ شَيْئًا حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ الْمِيْرَاثِ

7 – (1616)

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar Al Qawariri telah menceritakan kepada kami Abdurrahman -yaitu Ibnu Mahdi- telah menceritakan kepada kami Sufyan,  dia berkata, Saya mendengar Muhammad bin Munkadir berkata, saya mendengar Jabir bin Abdullah berkata:

Ketika saya sakit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menjengukku bersama Abu Bakar dengan berjalan kaki, beliau mendapatiku sedang tak sadarkan diri, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam berwudhu dan memercikkan air wudhunya kepadaku hingga aku pun tersadar. Kemudian aku berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana seharusnya saya mengatur harta bendaku? Beliau tidak menjawab sedikitpun dari pertanyaanku, hingga turunlah ayat tentang harta warisan.

(Shahih Muslim : 1616-7 )

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ يَقُولُ:

دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضٌ لاَ أَعْقِلُ فَتَوَضَّأَ فَصَبُّوْا عَلَيَّ مِنْ وَضُوْئِهِ فَعَقَلْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا يَرِثُنِي كَلاَلَةٌ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْمِيْرَاثِ فَقُلْتُ لِمُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ { يَسْتَفْتُوْنَكَ قُلْ اَللهُ يُفْتِيْكُمْ فِي الْكَلاَلَةِ } قَالَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ

8 – (1616)

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Syu’bah telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Al Munkadir dia berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam menjengukku ketika aku sakit tak sadarkan diri, lalu beliau berwudhu dan memercikkan air wudhunya kepadaku, sehingga aku pun sadar. Kemudian aku berkata, Wahai Rasulullah, bagaimana aku mewariskan harta peninggalan? Maka turunlah ayat tentang warisan. Aku (Syu’bah) bertanya kepada Muhammad bin Munkadir, Apakah (yang turun) YASTAFTUUNAKA QULILLAHU YUFTIIKUM FIL KALAALATI (Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah)? (Qs. An-Nisaa:176). Dia menjawab, Seperti inilah ayat ini diturunkan

(Shahih Muslim : 1616-8 )

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ وَأَبُوْ عَامِرٍ اَلْعَقَدِيُّ ح

وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا اْلإِسْنَادِ فِي حَدِيْثِ وَهْبِ بْنِ جَرِيْرٍ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْفَرَائِضِ وَفِي حَدِيْثِ النَّضْرِ وَالْعَقَدِيِّ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْفَرْضِ وَلَيْسَ فِي رِوَايَةِ أَحَدٍ مِنْهُمْ قَوْلُ شُعْبَةَ لِابْنِ الْمُنْكَدِرِ

(1616)

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami An Nadhi bin Syumail danAbu Amir Al ‘Aqadi. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir semuanya dari Syu’bah dengan isnad ini. Di dalam hadits Wahb bin Jarir, disebutkan, lalu turunkah ayat faraidl (pembagian harta warisan). Sedangkan dalam hadits An Nadhir dan Al ‘Aqadi, disebutkan, Lalu turunlah ayat fardh. Dan dalam riwayat mereka berdua (tidak disebutkan) perkataan Syu’bah kepada Ibnu Munkadir.

(Shahih Muslim : 1616)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ اَلْمُقَدَّمِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالاَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَطَبَ يَوْمَ جُمُعَةٍ فَذَكَرَ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَكَرَ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ إِنِّي لاَ أَدَعُ بَعْدِي شَيْئًا أَهَمَّ عِنْدِي مِنَ الْكَلاَلَةِ مَا رَاجَعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَيْءٍ مَا رَاجَعْتُهُ فِي الْكَلاَلَةِ وَمَا أَغْلَظَ لِي فِي شَيْءٍ مَا أَغْلَظَ لِي فِيْهِ حَتَّى طَعَنَ بِإِصْبَعِهِ فِي صَدْرِي وَقَالَ يَا عُمَرُ أَلاَ تَكْفِيْكَ آيَةُ الصَّيْفِ الَّتِي فِي آخِرِ سُورَةِ النِّسَاءِ وَإِنِّي إِنْ أَعِشْ أَقْضِ فِيْهَا بِقَضِيَّةٍ يَقْضِي بِهَا مَنْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَمَنْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ

9 – (1617)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar Al Muqaddami dan Muhammad bin Mutsanna dan ini adalah lafadz Ibnu Mutsanna, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Salim bin Abu Al Ja’d dari Ma’dan bin Abu Thalhah bahwa :

Umar bin Khatthab berkhutbah pada hari Jum’at, kemudian dia menyanjung Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wassallam dan Abu Bakar, lalu dia berkata, Sesungguhnya saya tidak akan meninggalkan sesuatu yang menurutku lebih penting daripada kalalah. Saya tidak pernah mengulang-ulang konsultasi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang sesuatu yang melebihi konsultasiku kepadanya tentang kalalah, beliau juga tidak pernah bersikap keras terhadap suatu hal melebihi sikap kerasnya kepadaku dalam masalah kalalah, sampai-sampai beliau menekankan jari-jarinya ke dadaku sambil bersabda: Wahai Umar, belum cukupkah bagimu ayat shaif yang terdapat pada akhir dari surat An Nisaa’ ? Seandainya saya masih hidup, maka saya akan menetapkan masalah kalalah dengan suatu ketetapan yang diputuskan oleh orang yang membaca Al Qur’an dan orang yang tidak membaca Al Qur’an.

(Shahih Muslim : 1617-9 )

 وَحَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيْلُ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ ح وَحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَابْنُ رَافِعٍ عَنْ شَبَابَةَ بْنِ سَوَّارٍ عَنْ شُعْبَةَ كِلاَهُمَا عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

(1617)

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulayyah dari Sa’id bin Abu ‘Arubah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim dan Ibnu Rafi’ dari Syababah bin Sawwar dari Syu’bah keduanya dari Qatadah dengan isnad ini, seperti hadits tersebut.

(Shahih Muslim : 1617 )

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا وَكِيْعٌ عَنِ ابْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ آخِرُ آيَةٍ أُنْزِلَتْ مِنَ الْقُرْآنِ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ {

10 – (1618)

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Khasyram telah mengabarkan kepada kami Waki’ dari Ibnu Abu Khalid dari Abu Ishaq dari Al Barra’ dia berkata:

Ayat Al Qur’an yang terakhir diturunkan adalah ‘YASTAFTUUNAKA QULILLAHU YUFTIIKUM FIL KALAALAH (Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah…)  (Qs. An Nisaa: 176).

(Shahih Muslim : 1618-10)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ يَقُولُ:

آخِرُ آيَةٍ أُنْزِلَتْ آيَةُ الْكَلَالَةِ وَآخِرُ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ بَرَاءَةُ

11 – (1618)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu Ishaq dia berkata, saya mendengar Barra’ bin ‘Azib berkata:

Ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat tentang kalalah, sedangkan surat yang terakhir kali diturunkan adalah surat Al Bara`ah.

(Shahih Muslim : 1618-11)

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا عِيْسَى وَهُوَ اِبْنُ يُوْنُسَ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنِ الْبَرَاءِ أَنَّ آخِرَ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ تَامَّةً سُورَةُ التَّوْبَةِ وَأَنَّ آخِرَ آيَةٍ أُنْزِلَتْ آيَةُ الْكَلاَلَةِ

12 – (1618)

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Handzhali telah mengabarkan kepada kami Isa -yaitu Ibnu Yunus- telah menceritakan kepada kami Zakaria dariAbu Ishaq dari Barra’,

Bahwa surat terakhir yang diturunkan secara sempurna adalah surat Al Bara`ah, sedangkan ayat yang terakhir kali turun adalah ayat kalalah.

(Shahih Muslim : 1618-12)

حَدَّثَنَا أَبُوْ كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى يَعْنِي اِبْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا عَمَّارٌ وَهُوَ اِبْنُ رُزَيْقٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنِ الْبَرَاءِ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ آخِرُ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ كَامِلَةً

 (1618)

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Yahya -yaitu Ibnu Adam- telah menceritakan kepada kami Ammar -yaitu Ibnu Ruzaiq- dari Abu Ishaq dari Barra’ seperti hadits di atas, namun dia berkata, Surat terakhir kali yang diturunkan secara lengkap (kamil).

(Shahih Muslim : 1618)

حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا أَبُوْ أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ عَنْ أَبِي السَّفَرِ عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ آخِرُ آيَةٍ أُنْزِلَتْ يَسْتَفْتُوْنَكَ

13 – (1618)

Telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Malik bin Mighwal dari Abu Safar dari Barra’ dia berkata:

Ayat yang terakhir kali turun adalah YASTAFTUUNAKA (surat An Nisaa).

(Shahih Muslim : 1618-13)

Pembagian warisan kepada ahli waris dan Yang berhak menerima sisa pembagian

حَدَّثَنَا عَبْدُ اْلأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ وَهُوَ النَّرْسِيُّ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  أَلْحِقُوْا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ  ِِلأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ

2 – (1615)

 

Telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hammad -yaitu An Narsi- telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Berikanlah harta warisan kepada yang berhak mendapatkannya, sedangkan sisanya untuk laki-laki yang paling dekat garis keturunannya.

(Shahih Muslim : 1615 – 2)

حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامَ الْعَيْشِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

أَلْحِقُوْا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا تَرَكَتِ الْفَرَائِضُ فَلِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ

3 – (1615)

 

Telah menceritakan kepada kami Umayyah bin Bistham Al ‘Aisi telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al Qasim dari Abdullah bin Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu’anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

Berikanlah harta warisan kepada yang berhak menerimanya, sedangkan sisanya untuk keluarga laki-laki yang terdekat.

(Shahih Muslim : 1615 – 3)

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ رَافِعٍ قَالَ إِسْحَقُ حَدَّثَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

اِقْسِمُوا الْمَالَ بَيْنَ أَهْلِ الْفَرَائِضِ عَلَى كِتَابِ اللهِ فَمَا تَرَكَتِ الْفَرَائِضُ فَلِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ

4 – (1615)

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Rafi’ dan Abd bin Humaid, dan ini adalah lafadz Ibnu Rafi’. Ishaq berkata; telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan; telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Bagikanlah harta warisan di antara orang-orang yang berhak (Dzawil furudl) sesuai dengan Kitabullah, sedangkan sisa dari harta warisan untuk keluarga laki-laki yang terdekat.

(Shahih Muslim : 1615 – 4)

وَحَدَّثَنِيْهِ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ أَبُوْ كُرَيْبٍ اَلْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوْبَ عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ بِهَذَا اْلإِسْنَادِ نَحْوَ حَدِيْثِ وُهَيْبٍ وَرَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ

(1615)

Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al ‘Ala’ Abu Kuraib Al Hamdani telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab dari Yahya bin Ayyub dari Ibnu Thawus dengan isnad ini, seperti hadits Wuhaib dan Rauh bin Qasim

(Shahih Muslim : 1615 )

Hukum Warisan

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا وَقَالَ اْلآخَرَانِ حَدَّثَنَا اِبْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

لاَ يَرِثُ الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ وَلاَ يَرِثُ الْكَافِرُ الْمُسْلِمَ

1 – (1614)

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, dan ini adalah lafadz Yahya, Yahya berkata; telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah dari Az Zuhri dari Ali bin Husain dari Amru bin Utsman dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Seorang Muslim tidak boleh mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak dapat mewarisi dari orang Muslim.

(Shahih Muslim : 1614 – 1)